RSS

APPLE LOVE PART 2



Title : Apple’s Love

Author : Nurul "Eunhwa"

Genre: Romance, comedy(maybe)

Cast : Micky ‘Park Yoochun’

Shin Eunhwa

Kim MinAh, dll


Degup jantungku masih belum stabil, aku hanya diam menunggu pria ini bicara duluan. Astaga yang benar saja. Aku sebenarnya masih tidak percaya dengan apa yang sekarang aku alami. Sekarang kami sedang berdiri berhadapan di dalam sebuah gang sempit.

“Sekali lagi maaf mengejutkanmu aigisshi. Aku sama sekali tidak ada maksud.”

Yeah kalau begitu cepat biarkan aku pergi! Aku sudah tidak tahan lagi. Erangku dalam hati.

“Nona, apa kau mendengarku?” Yoochun memperhatikan ekspresiku yang datar.

“Yeah, tentu saja. Aku masih punya telinga, jadi aku bisa mendengarkanmu dengan sangat jelas.” Ucapku dengan ketus.

“Jadi, apa kau bisa melepasku sekarang?” Aku melanjutkan ucapanku. Sekarang aku melihat ekspresi tidak percaya diwajahnya. Aku tertawa menang dalam hati.

“Oh yeah. Tentu kalau itu maumu. Maaf terkesan seperti menekanmu. Dashi hanboen mianata.”

“De, tenang saja, aku tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi dulu. Annyeong gyeseyo4.” Aku menunduk pelan lalu segera pergi meninggalkannya di belakang.

Tetapi baru selangkah kakiku meninggalkan ujung gang, aku langsung menarik kakiku kembali dan berjalan mundur perlahan. Yoochun yang melihat tingkah anehku lantas tertawa pelan.

“Wae? Kenapa kau kembali? Apa ada yang tertinggal?”

“Sstt.. mereka ada diluar.” Aku meletakkan telunjuk dibibirku mengisyaratkan agar memelankan suaranya.

“Mwo?” Yoochun mencoba melongok dan tiba-tiba menarikku. Kini posisi kami duduk berjongkok. Jarak kami sangat dekat, aromanya sampai bisa aku hirup. Aku tak tahu apa dia bisa mendengar detak jantungku yang sekarang rasanya seperti mau lompat keluar.

“Hei apa kalian tidak melihatnya di sebelah sana?” Suara seorang cewek terdengar sangat jelas di ujung gank.

“Mmm opseo. Mungkin di sebelah sana. Coba kita kesana.” Lalu kami mendengar suara derap langkah berlarian ke arah yang berlawanan dari tempat kami sekarang.

“Mereka sudah pergi?” tanyaku yang masih dengan suara pelan.

“Yeah, mereka sudah tidak kelihatan lagi.” Ucap Yoochun setelah menengok ke luar. Aku sontak tertawa pelan.

“Apa ada yang lucu?” Yoochun bertanya dengan mimik yang agak bingung sambil beranjak dari tempatnya.

“Hahaha yeah. Aku hanya merasa lucu kita kabur lalu bersembunyi seperti ini. Hey, aku kan semestinya tidak terlibat!” Yoochun bertambah bingung melihat ekspresiku yang tertawa lalu berubah kesal dalam sekejap.

“Mm y-ya. Mianhamnida, jeongmal mianhamnida.” Dia hanya bisa berkata itu sambil membungkuk-bungkukkan badannya setelah sebelumnya memasang tampang bodohnya. Aku tertawa pelan.

“Sudahlah, aku sudah bosan mendengar ucapan maafmu. Lagipula tiba-tiba moodku berubah baik.” entah kenapa aku jadi agak senang. Mungkin ini akan jadi pelarianku karena aku tidak jadi jalan dengan Min Ah sekarang.

“Oh ya kau harus ceritakan padaku kenapa kau harus lari dari fansmu seperti itu. Padahal mereka akan senang jika kau mau bertemu langsung dengan mereka.” Aku melanjutkan ucapanku.

“Aniyo, tidak seperti itu. Apa kau tidak lihat kalau mereka begitu arogan? Tadi aku sedang membeli sesuatu di supermarket tapi tiba-tiba seseorang berteriak dan menunjuk ke arahku lalu tiba-tiba saja gadis-gadis itu berlarian sambil berteriak-teriak ke arahku, kontan saja aku langsung lari menyelamatkan diri. Kemudian aku menabrakmu dan beginilah.” Jelasnya panjang lebar.

“Ohh. Terus belanjaanmu mana?”

“Ini..” Dia mengangkat tangannya yang kosong.

“Odiseo? Aku tidak melihatnya. Apa itu tembus pandang? Hmppft.” Aku memandang tangannya yang kosong dengan tatapan geli sambil menggodanya.

“A-ah.. tidak, tadi aku memegangnya. Aishh pasti terlepas dari peganganku waktu lari tadi.” Yoochun menggerutu sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Memangnya apa yang kau beli? A-ah tidak, lupakan pertanyaanku, itukan urusanmu.”

“Ani, aku hanya membeli sereal dan beberapa makanan kecil. Makanya aku pergi ke supermarket kecil di situ, tapi ternyata jadi begini.”

“Joha. Aku akan menemanimu membeli barang yang kau butuhkan. Ayo.” Aku mengisyaratkan agar dia mengikutiku.

“Hei, kau mau mengajakku kemana?”

“Aku akan mengajakmu ke toko langgananku. Bibinya sangat ramah, makanya aku senang belanja di sana. Di sana kau bisa membeli apa yang kau butuhkan. Dan lagi tempatnya cukup jauh dari keramaian. Kaja.”

>>


“Annyeonghaseo.” Aku membuka pintu toko yang berbunyi gemerincing diikuti Yoochun dibelakangku.

“Selamat datang. Oh kau Eunhwa.”

“De ajhumma. Cheoeum boepseumnida?” Aku membungkukkan sedikit badanku.

“Aku baik-baik saja. Oh, kau bawa teman ya?” Ucap bibi Han sambil melihat Yoochun. Sepertinya bibi Han tidak mengenalinya.

“Ah, de. Dia ingin membeli beberapa barang. Makanya aku mengajaknya kesini. Pergilah kesana cari yang kau butuhkan. Aku akan menunggumu di sini.” Aku bicara pada bibi Han dan Yoochun bergantian.

“Baiklah.” Yoochun mengiyakan.

“Eh Eunhwa, siapa namja itu? Pacarmu ya?” kata bibi Han setelah Yoochun pergi.

“Ah aniyo, tentu saja bukan. Bibi sembarang saja, dia cuma teman.”

“Oh, tapi dia ganteng loh. Apa kau tidak tertarik?” bibi Han terus saja menggodaku.

“Bibi ini kenapa sih? Kalau ganteng bibi saja sana.”

“Ini. Sudah semua.” Tiba-tiba Yoochun sudah muncul di belakangku.

“E-eh, kenapa cepat sekali? Apa kau sudah menemukan semua barang yang kau butuhkan?” tanyaku gugup.

“Waeyo? Apa kau berharap aku akan berlama-lama? Aku hanya membutuhkan sereal dan beberapa makanan kecil, dan aku sudah mendapatkannya.” Jelas yoochun sambil mengangkat keranjang belanjaannya

“Ah, Ani. Umm.. apa kau mendengar pembicaraan kami?” Aku berbicara dengan intonasi yang semakin pelan sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

“Ah, tidak-tidak. Jadi kau sudah selesai? Kalau begitu cepat bayar supaya kita bisa pergi.” Aku langsung menyambung ucapanku. Sebisa mungkin aku mengalihkan pembicaraan, entahlah mungkin sekarang wajahku sudah merah.

“Memangnya apa yang kalian bicarakan? Apa kalian membicarakanku?” Ucap Yoochun sambil tersenyum menggoda. Aku langsung tersontak kaget.

“Aniyo! Tentu saja bukan. Untuk apa kami membicarakanmu? Sshh kurang kerjaan saja. Cepat bayar lalu kita pergi!” suaraku jadi berubah agak tinggi sekarang.

“Baiklah, baik. Kaukan tidak perlu marah-marah begitu.” Yoochun lalu mengeluarkan dompetnya dan membayar sesuai yang disebutkan bibi Han. Entah benar atau salah tapi sepertinya aku melihat bibi Han mengedip pada Yoochun dan Yoochun lansung tertawa. Entah apa maksud mereka.

“Baiklah bi, sampai jumpa.” Aku menunduk pelan lalu segera keluar dari toko.

“Yaa, cangkeuman.” Yoochun berusaha mengikuti langkahku.

“Wae? Kaukan sudah mendapatkan barang yang kau butuhkan. Berarti urusan kita sudah selesai.”

“Ah, ya kau benar. Mm, tapi…”

“Baiklah kalau begitu. Aku pergi. Annyeong.” Sebelum Yoochun menyelesaikan ucapannya aku langsung memotongnya lalu segera pergi setelah menunduk agak rendah.

Aku langsung mengambil taksi yang ada di depan toko, dan sempat menoleh dari balik jendela. Aku melihatnya memandangi taksi yang aku tumpangi sambil menggaruk kepalanya yang dimiringkan kesebelah sisi.

***


Saat ini aku dan Min Ah sedang makan siang di sebuah restoran elit di jantung kota Seoul. Setelah pulang dari kampus dia tiba-tiba mengajakku makan siang, dan aku tidak menduga kalau tempatnya adalah di sini.

“Mmm.. enak sekali Min Ah. Jeongmal gomawoyo. Ini pertama kalinya aku makan di restoran semewah ini.” Senyum merekah tersungging dibibirku.

“Berterima kasihlah kepada ibuku. Dia yang melakukan semua ini. Dia tahu kalau kemarin aku meninggalkanmu sendirian di taman. Jadi dia menghadiahkan kita ini, sekalian permintaan maafnya.”

“Keure. Aku akan berterima kasih padanya nanti. Aah jinja mashissuhyo.” Aku kembali melahap makananku sambil mengedarkan pandangan ke segala arah. Lalu tiba-tiba aku terpaku pada sosok yang berada tepat di arah jam 1 dariku. Saat ini pandangannya juga tertuju padaku, kami beradu pandang sebentar. Omoo! Jangan bilang kalau itu dia! Astaga kenapa aku harus bertemu dengannya lagi? Aku langsung memalingkan pandanganku, dan berusaha menutupi wajahku dengan tanganku dan membelakanganginya. Semoga dia tidak benar-benar melihatku! Batinku dalam hati.

“Waeyo? Kenapa tingkahmu begitu?” Tanya Min Ah bingung.

“A-ah opseo. Sudah kau makan saja lalu kita cepat pergi dari sini.”

“Silyehamnida. Apa kau wanita yang kemarin?” Suara Yoochun mengagetkan kami berdua. Aku benar-benar tidak menduga kalau dia akan menghampiri kami. Aku melirik Min Ah di samping, aku sudah bisa menebaknya. Sekarang dia malah membeku di tempatnya.

“Mungkin anda salah orang.” Kataku pendek lalu berpaling lagi.

“Tidak, aku tidak mungkin salah orang. Aku masih ingat jelas wajahmu. Aku tahu itu kau.” Kata Yoochun yakin.

“Hei, apakah ada yang mau menjelaskan padaku apa yang sedang terjadi di sini?” Ucap Min Ah sambil melihatku dan Yoochun bergantian. Sepertinya sekarang dia sudah mulai sadar.

“Dia wanita yang menemaniku kemarin siang. Yeah, aku tidak mungkin salah, aku ingat jelas wajahnya.”

“Menemanimu? Apa kau tidak salah? Kemarin kau menculikku!” Kataku dingin.

“Menculik? Pilihan kata yang bagus.” Jawab Yoochun.

“Yeah. Aku senang kau suka.”

“Yaa apa yang kalian bicarakan? Omoo Apa kau benar Micky? Micky Yoochun?” Tanya Min Ah dengan bersemangat dan diikuti dengan anggukan Yoochun.

“Aigoo. Eunhwa~ah kau kenal dia? Otteohke26?” Min Ah menarik-narik bajuku dengan semangat.

“Dan di sana itu, mereka member DBSK yang lain?” Min Ah menunjuk meja yang dipakai Yoochun dkk dengan histeris.

“Ashh bukan begitu. Naeil..”

“Hyung kau masih mau disitu? Kami sudah mau pergi.” Changmin memanggil Yoochun dari tempat mereka.

“Ya, baiklah.”

“Iremen moya?” Yoochun balik berbicara padaku.

“De?”

“Aku tanya siapa namamu.”

“Namanya Shin Eunhwa.” Min Ah langsung menjawab pertanyaan Yoochun sambil terus menatapnya, jelas sekali wajahnya berseri-seri.

“Baiklah Eunhwa-sshi. Berikan nomor ponselmu padaku.” Yoochun lalu mengeluarkan ponselnya.

“De?”

“Aisshh.” Min Ah melihat sinis padaku dan tiba-tiba mengambil ponsel Yoochun dari pegangannya dan mengetikkan sebuah nomor. Aku seperti tidak mampu menghentikannya.

“Ah, Gomabsumnida, nona….” Yoochun memandang Min Ah.

“Kim Min Ah.” Min Ah menjawab Yoochun sambil senyum-senyum.

“Baiklah. Aku akan menghubungimu nanti. Annyeong Gyeseyo.” Yoochun kembali berbicara padaku lalu membungkukkan badannya sedikit kearah kami berdua dan pergi setelah memberikan senyum hangatnya.

“Yaa kenapa kau berikan nomor ponselku hah?” Aku menjitak kepala Min Ah.

“Wae? Bagus kan? Kau harusnya berterima kasih padaku.” Kata Min Ah cemberut sambil memegang kepalanya yang sakit.

“Apanya yang bagus? Kau dengar? Tadi dia bilang kalau dia akan menghubungiku! Aisshhh”

***


“Eunhwa~ah, apa Yoochun sudah menghubungimu?” Tanya Min Ah ketika dia sedang dirumahku.

Malam ini adalah malam selasa, entah kenapa aku menyukai malam selasa. Mungkin karena setiap malam selasa aku selalu dibawakan buah apel oleh paman Yijun yang tinggal tepat disebelah rumahku. Yeah aku memang sangat menyukai apel. Dia pedagang buah-buahan dan ia tahu kalau aku sangat menyukai apel, jadi dia sering membawakan aku sekantung sepulang dia berdagang. Kenapa malam selasa, entahlah aku juga tidak tahu. Yang jelas aku tidak berharap kalau dia akan membawakanku sekantung apel tiap malam kekeke.

“Belum, dan aku harap dia tidak akan menghubungiku.” Tegasku.

“Kau ini bodoh atau apa Shin Eunhwa? Mendengar ceritamu dua hari yang lalu waktu di restoran sungguh seperti mimpi saja. Tidak tahukah kau kalau itu adalah takdir untuk kalian berdua?” Min Ah mengoceh tidak jelas.

“Hhh kau ini bicara apa?” aku mengambil sebuah apel yang diberikan Paman Yujin tadi dan mulai memakannya.

“Kukira kau suka baca novel romantis? Aku pikir dia seperti seorang pangeran yang dikirim untukmu Eunhwa. Dia ganteng juga kaya. Dia hanya tidak punya kuda putih hahaha.”

“Aku rasa kau mulai ngelantur.” Aku membalikkan majalah yang sedang aku baca.

“Tapi kau benar juga. Bukankah dari dulu aku selalu menunggu pangeranku datang?” Aku bertanya lebih kepada diriku sendiri.

“Benar! Benar! Kau pintar sekali Eunhwa~ah! Kau sudah harus mulai membuka diri.” Min Ah tampak kegirangan.

“Keurom, eotteokhajyo?” Aku menatap Min Ah.

“Opseo, kurasa kau hanya harus menunggu saja. Tunggu dia menghubungimu.” Aku diam sejenak.

“Tapi aku tidak mau tertarik padanya hanya karena dia tampan dan kaya. Kalau aku mencintai seseorang, aku ingin aku benar-benar mencintainya dengan tulus. Kau tahukan aku belum pernah merasakan jatuh cinta.” Kataku berdiplomasi.

“Ahhh jinjaaa. Kau memang yang terbaik Eunhwa.” Min Ah mencubit pipiku, aku hanya tersenyum senang sambil menghabiskan apelku.

“Tidakkah kau pikir kalau dia tertarik padamu?” Min Ah melanjutkan dengan mimik yang lebih serius.

“Tertarik padaku? Waeyo?” Aku bertanya pada Min Ah penasaran.

“Molla.” Jawabnya pendek.

“Hhh baiklah sudah malam. Aku harus pulang. Hubungi aku ya kalau dia sudah menghubungimu.”

“Hh kau membuatku penasaran saja.” Aku mengikutinya keluar.

“Annyeong Gaseyo.” Aku menutup pintu setelah Min Ah tidak terlihat lagi. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku melihat nomor asing yang tertera di layar ponselku.

“Yoboseo.”

“Yoboseo, Shin Eunhwa~sshi?”

“Ah De. Nuguseyo?”

“Kau benar-benar tidak mengenali suaraku?” Kata orang diseberang.

“Aniyo. Siapa ini? Tanyaku lagi. Aku mendengarnya menghela napas.

“Ini aku, Park Yoochun. Sudah tahu?” Aku langsung tercekat.

“Y-ya. Ternyata kau benar menghubungiku he-eh.” Tanyaku basa-basi.

“Keure, aku tidak pernah mengingkari janjiku. Dan aku agak sedikit kecewa kau tidak mengenali suaraku.” Ucapnya. Entah apa dia serius atau tidak.

“Aku kan baru bertemu denganmu, mana bisa aku langsung mengenali suaramu. Lagipula aku tidak bisa mengingat dengan cepat.”

“Yeah, aku baru ingat kalau kau bukan fansku. Tapi kau tidak melupakan wajahku kan?” katanya cemas.

“Mmm otteohkeee?” aku menggodanya.

“Yaa! Tidak mungkin secepat itu kau melupakan wajahku! Kita baru bertemu dua hari yang lalu dan tidak mungkin kalau kau tidak pernah melihatku di majalah atau ditelevisi.” Aku rasa dia mulai cerewet.

“Hahaha aku hanya bercanda. Kau benar, kau sering kulihat di televisi atau dimajalah. Kau puas? Sshh sepertinya kau mulai sombong.”

“Ani, bukan begitu. Kau yang memaksaku bicara begitu.”

“Sshh jinja. Keurom, kenapa kau menghubungiku?”

“Tidak. Aku hanya ingin menelponmu saja. Sudah lama kita tidak bertemu.” Katanya dari seberang. Saat ini aku mengakui sesuatu, aku suka mendengar suaranya. Aku merasa nyaman mendengarnya.

“Kita baru bertemu dua hari yang lalu, kau tahu.” Aku mengingatkannya.

“Yeah, kau benar. Hei apa kau mau menemaniku?”

“Mwo? Na? Kenapa aku?” tanyaku penasaran.

“Tidak, aku hanya ingin bertemu denganmu lagi.”

“De? Jangan bilang kalau kau rindu padaku.” Aku menggodanya lagi. Mencoba mempermainkannya.

“Sshh kau geer sekali. Yeah, tapi sepertinya aku tertarik padamu.”

“Ah? Jeongmal? Waeyo?” Jantungku mulai berdetak tidak karuan. Aku rasa pipiku mulai panas. Sepertinya malah aku yang dikerjai sekarang.

“Molla. Mungkin karena kau bukan fansku.”

“Apa itu penting?”

“Yeah, setidaknya kau tidak histeris dan mengejarku begitu melihatku.” Kami tertawa bersama.

“Aku rasa kau benar.” Aku menganggukan kepala setuju.

“Tapi, kau kan tidak mengenalku?” Lanjutku.

“Makanya mulai saat ini aku ingin lebih mengenalmu. Apa boleh?”

“Mmmm baiklah.” Kataku akhirnya, aku benar-benar memikirkan ucapan Min Ah tadi.

“So, apa kau mau?” tanyanya lagi.

“Mmm, keure. Aku takut mengecewakan permintan seorang bintang terkenal.”

“Hahaha aku pegang janjimu. Baiklah nanti aku beritahukan tempat dan waktunya, akan ku cocokkan dengan jadwalku dulu.”

“Hei kau harus menanyakannya padaku juga. Aku juga sibuk, bukan hanya kau.” Balasku tidak mau kalah.

“Baiklah nona cantik. Akan aku tanyakan padamu juga. Kalau begitu sampai nanti. Annyeongi jumuseyo.”

“De, jumuseyo.” Aku menutup telepon dengan tanganku yang satunya. Aku menggigit bibir bawahku. Entah kenapa aku merasa senang. Seperti ada aliran listrik ditubuhku, dan juga aku merasa seperti sulit bernapas sekarang. Aku meletakkan tanganku didada, jantungku masih berdetak cepat. Lebih cepat malah. Lalu aku memegang pipiku, masih terasa panas. Entahlah mungkin sekarang sudah merah seperti buah tomat. Aku langsung bergegas ke tempat tidur. Masih sambil senyum-senyum sendiri. entahlah sudut-sudut bibirku seperti tertarik keatas terus. Aku mengenakan selimutku, kemudian mengambil napas panjang untuk menenangkanku sesaat. Mungkin aku akan tidur nyenyak malam ini.



Vocab:

1. Aigisshi= nona

2. Dashi hanboen mianata= sekali lagi aku minta maaf

3. De= ya, apa?

4. Annyeong gyeseyo= Sampai jumpa (diucapkan oleh orang yang akan pergi)

5. Wae/waeyo= Kenapa?

6. Mwo= Apa?

7. Opseo= Tidak ada

8. Mianhamnida= Aku minta maaf

9. Jeongmal mianhamnida= Sungguh aku minta maaf

10. Aniyo/Ani= Bukan

11. Odiseo= Dimana?

12. Joha= Baiklah

13. Kaja= Ayo pergi

14. Annyeonghaseo= Halo (bisa juga selamat pagi/siang/malam)

15. Ajhumma= Bibi

16. Cheoeum boepseumnida?= Apa kabar?

17. Namja= Teman laki-laki

18. Yaa= Hei

19. Jangkanman= Tunggu

20. Jeongmal gomawoyo= Terima kasih sekali (informal)

21. Keure= Begitu, benar, baiklah

22. Jinja mashissuhyo= Enak sekali

23. Omoo= astaga

24. Silyehamnida= permisi

25. Aigoo= ya ampun

26. Otteohke= Bagaimana bisa?

27. Naeil= kemarin

28. Hyung= kakak (cowok ke cowok)

29. Iremen moya?= Nama kamu siapa?

30. Sshi= panggilan untuk menghormati

31. Gomabsumnida= Terima kasih (formal)

32. Keurom= jadi

33. eotteokhajyo?= apa yang harus aku lakukan?

34. Molla= tidak tahu

35. Annyeong Gaseyo= Sampai jumpa (diucapkan oleh orang yang ditinggal)

36. Yoboseo= Halo (saat menelpon)

37. Nuguseyo?= Siapa ini?

38. Na= saya

39. Jeongmal?/Jinja?= Benarkah?

40. Annyeongi jumuseyo= Selamat malam

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar